Apakah ‘Aku Memang Begini’ Sudah Cukup Alasan untuk Tidak Berubah?

Apakah ‘Aku Memang Begini’ Sudah Cukup Alasan untuk Tidak Berubah? Pernahkah kita merasa begitu terhubung dengan seseorang karena pengalaman pahit yang sama? Rasanya seperti menemukan cermin; seseorang yang tahu persis bagaimana rasanya terluka di titik yang sama. Dan lalu muncul pertanyaan: apakah rasa senasib itu cukup untuk menjadi alasan menjalin hubungan? Ada yang bilang, luka yang sama bisa menyatukan. Mungkin benar. Tapi apakah kedekatan karena luka bisa jadi fondasi yang kokoh untuk sebuah hubungan? Mungkin iya—jika keduanya mau tumbuh bersama. Tapi bagaimana jika yang terjadi justru sebaliknya? Jika luka yang sama hanya menjadi tempat persembunyian dari kenyataan bahwa kita tidak benar-benar saling menyembuhkan? Seringkali, orang yang merasa memiliki luka yang sama justru terburu-buru menyimpulkan bahwa hal itu sudah cukup untuk menyatukan mereka. Padahal, berbagi rasa sakit bukan berarti otomatis kita kompatibel. Proses penyembuhan dan pemahaman diri memerlukan waktu, kesabar...