Refleksi Diri dalam Musik Novo Amor: Spiritual Journey Through New Love
Refleksi Diri dalam Musik Novo Amor: Spiritual Journey Through New Love
Ada musik yang hanya terdengar, dan ada pula musik yang terasa. Novo Amor—proyek musik dari Ali Lacey—jatuh dalam kategori kedua. Selain musiknya dikenal dengan nuansa dreamy, emosional, dan penuh atmosfer, menurutku lagu-lagunya juga sekadar irama, melainkan ruang sunyi tempat banyak hati yang lelah bisa pulang dan merasa dipeluk. Suara falsettonya yang rapuh, instrumen yang minimalis namun atmosferik, dan lirik-lirik puitisnya menciptakan perjalanan emosional yang mendalam, kadang menyakitkan, tapi penuh kejujuran.
Dalam ulasan ini, aku mencoba menyelami beberapa lagu yang menurutku paling menyentuh—baik dari sisi musikalitas maupun dari pengalaman pribadi tentang kehilangan, cinta, dan pencarian jati diri. Sebagai pendengar yang kadang merasa sendirian dalam perjalanan hidup—dalam kehilangan, cinta, dan pencarian jati diri—lagu-lagu Novo Amor selalu datang tepat waktu. Berikut ini adalah ulasan beberapa lagu Novo Amor yang menurut saya paling menyentuh, baik dari sisi musikalitas maupun pengalaman emosional pribadi.
1. Anchor – “Took the breath from my open mouth…”
lagu ini menyuarakan perpaduan antara kehilangan, kerinduan, dan keinginan untuk tetap terikat pada seseorang yang mungkin sudah memilih jalan lain. Lirik “Took the breath from my open mouth / Never known how it broke me down” menggambarkan momen ketika kita baru saja menyadari seseorang yang kita cintai meninggalkan kita, dan perasaan itu menghantam seperti pukulan telak. Ada keheranan yang bercampur dengan luka, seolah kita tak pernah menyangka hal ini bisa terjadi.
Lirik “I went in search of somewhere else / … You went in search of someone else” memperlihatkan dua arah pencarian yang berbeda. Salah satunya mencari tempat atau kondisi baru, sedangkan yang lain justru mencari sosok pengganti. Ini menegaskan betapa kadang, meski sama-sama merasa “terusir” dari situasi lama, kita dan pasangan tak lagi berjalan di jalur yang sama.
“And I hear your ship is coming in” serta “Your tears a sea for me to swim” menghadirkan gambaran lautan yang penuh emosi—bisa diartikan sebagai perjalanan emosional yang tidak mudah, atau kehadiran badai yang mewakili pertikaian dan pergolakan batin. Ada pula kesan bahwa seseorang mungkin telah menemukan “pelabuhan” lain, sementara kita masih terombang-ambing di lautan kenangan.
“Anchored up to me, love” menggambaarkan keinginan untuk tetap terikat. Sebuah permohonan
agar orang itu tidak benar-benar pergi, agar tetap menjadikan kita sebagai
jangkar. Namun, terasa juga keputusasaan di balik kata-kata itu—karena
kenyataannya, dia sudah memilih arah yang berbeda.
Meski ada upaya untuk memanggil kembali (“Oh love, anchored up to me, love”), lirik-lirik ini diselimuti suasana tenang yang ironis. Bukan teriakan penuh amarah, melainkan bisikan rapuh yang paham bahwa semuanya mungkin sudah terlambat.
Secara keseluruhan, Anchor menghadirkan nuansa patah hati yang tidak meledak-ledak, tetapi justru menghujam perlahan. Ini lagu yang cocok didengarkan ketika kita ingin meresapi perasaan ditinggalkan—karena di dalam keheningannya, kita bisa menemukan pengakuan dan pelukan yang diam-diam menenangkan.
2. Carry You – “Fade me away. I won't ever be the same.”
Setelah mendengarkan, dan mencoba merasakan lagu Carry You ini, yang paling terasa adalah suasana penyesalan, kerinduan, dan cinta yang tidak berbalas. Lagu ini seperti surat terbuka yang ditulis dari seseorang yang tidak pernah pergi—yang tetap tinggal dalam bayang-bayang rasa sakit orang yang ia cintai.
Kata-kata seperti “I never strayed” dan “I will carry you always” menggambarkan kesetiaan dalam diam. Bahkan ketika cinta itu ditolak, atau tidak sepenuhnya diterima, dia tetap ada. Dan bagian “Fade me away, I won’t ever be the same” benar-benar menyiratkan betapa dalamnya luka yang ditinggalkan oleh kehilangan itu—begitu dalam hingga mengubah siapa kita.
Lagu ini seperti menggambarkan cinta dalam bentuk paling sunyi dan tulus: mencintai seseorang, meski akhirnya harus melepaskan.
Pada Carry You, lirik “Find me a way, I will never be the same” seolah menegaskan bahwa kehilangan atau perpisahan sering kali mengubah diri kita selamanya. Aransemen lembut dan falsetto khas Novo Amor membawaku ke ruang refleksi—tempat kita merenungkan kenangan dan luka secara bersamaan.
Buat aku, Carry You adalah tentang proses menerima kenyataan pahit, sekaligus belajar bahwa perubahan diri setelah kehilangan bisa menjadi jalan untuk terus bertumbuh.
3. State Lines – “Find me a way / I’ll be yours in a landslide”
Lirik State Lines ini terasa seperti percakapan batin yang penuh kebingungan, penyesalan, dan kehilangan arah setelah hubungan yang tidak pernah benar-benar jelas. Kata-kata seperti “I don’t know” yang diulang-ulang menciptakan suasana bingung dan gamang—seperti seseorang yang mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi, tapi semakin dipikirkan, semakin kabur.
Bagian “I’ve been awake in every state line / Dying to make it last a lifetime” menggambarkan usaha yang sungguh-sungguh untuk mempertahankan sesuatu yang mungkin sudah goyah sejak awal. Sementara baris terakhir “Find me a way / I’ll be yours in a landslide” adalah semacam seruan terakhir—sebuah keinginan untuk tetap bersama, bahkan jika itu berarti menyerahkan diri sepenuhnya dalam kekacauan.
Bagiku lagu ini seperti mengenang sebuah hubungan yang penuh tanda tanya. Tidak ada kejelasan, tapi ada rasa cinta yang tidak pernah benar-benar pergi.
4. Keep Me – “Keep me honest, keep me kind / Keep me as your finish line.”
Lirik Keep Me dari Novo Amor terasa seperti suara hati seseorang yang penuh kerinduan, belum selesai mencintai, tapi juga tak tahu bagaimana cara mengungkapkan semuanya dengan benar. Kalimat “But it’s been on my mind sometime and I can’t let it go” menunjukkan betapa dalamnya sesuatu membekas—mungkin kenangan, mungkin seseorang yang pernah begitu berarti.
Ada rasa putus asa tersembunyi di balik kerinduan itu, seperti di bagian “I know there’s gotta be something that I could say in time, but I can’t find the words.” Kadang, perasaan itu terlalu besar untuk dijelaskan, dan satu-satunya harapan yang tersisa adalah: tetap dikenang, tetap diingat—“Keep me, keep me on fire.”
Bagian paling menyentuh menurutku adalah, “Keep me honest, keep me kind / Keep me as your finish line.” Itu seperti pengakuan bahwa dia ingin tetap menjadi tujuan, tempat pulang seseorang—meski mungkin hanya di dalam ingatan.
Lagu ini seperti menggambarkan cinta yang belum selesai, yang ingin tetap hidup, meskipun perlahan-lahan dilalap waktu.
5. Repeat Until Death – "Don’t go, you’re half of me now"
Setelah membaca lirik “Repeat Until Death” dari Novo Amor ini, rasanya seperti menyaksikan seseorang yang sedang berjuang melepaskan—tapi tidak pernah benar-benar bisa. Aku melihat gambaran seseorang yang terjebak dalam emotional loop—mengulang rasa sakit dan kehilangan yang sama, tapi tetap memilih tinggal karena cinta itu sudah menjadi candu.
“I can’t seem to let myself leave you” bisa mencerminkan bentuk keterikatan yang tidak sehat, tapi juga sangat manusiawi. Ia tahu hubungan itu membuatnya sesak (“I can’t breathe anymore”), tapi juga tahu bahwa pergi bukan hal mudah.
Penggalan lirik : “I had it, almost.” dan “We had it, almost.” mengandung luka yang dalam. Kata almost (hampir) itu kecil, tapi nyeri—menandakan bahwa sesuatu yang begitu diinginkan itu ada… tapi tak pernah sepenuhnya jadi milik. Seolah-olah hubungan atau perasaan itu nyaris utuh, tapi selalu gagal di ujung.
Dan bagian paling menusuk: “I can’t seem to let myself leave you, But I can’t breathe anymore.” adalah puncak dari dilema batin. Masih mencintai, masih ingin bertahan—tapi sakitnya sudah terlalu dalam sampai-sampai hidup dalam cinta itu rasanya seperti kehabisan napas. Sebuah hubungan yang begitu kuat namun juga menghancurkan.
Lagu ini terasa seperti pengulangan rasa kehilangan dan penyesalan yang tak kunjung selesai. Seperti luka yang tak pernah sembuh karena terus dikenang.
Lirik “Don’t go, you’re half of me now” terasa seperti seseorang yang kehilangan identitas ketika orang lain pergi. Pasangan atau orang itu sudah jadi bagian dari jati dirinya, dan kehilangan itu membuatnya kosong. Lalu “I said it, almost” dan “I had it, almost” bisa juga dibaca sebagai ketidakmampuan untuk benar-benar jujur, benar-benar mencintai, atau benar-benar hadir. Jadi bukan hanya soal kehilangan orang lain, tapi juga kehilangan bagian dari diri sendiri.
6. Ontario – “All above, all your waiting coming home”
“All above, all your waiting coming home” dan pengulangan “coming home” memberi kesan seseorang yang telah lama terluka dan tersesat, akhirnya mulai menemukan jalan pulang—bukan hanya secara fisik, tapi secara emosional atau spiritual. Tapi “rumah” di sini mungkin bukan tempat, melainkan perasaan atau orang tertentu.
Banyak bagian dalam lirik ini seperti:
“All your love overgrown”,
“All your body undersold”
“Scaling all your shadows / To your marrow, to atone”
Kalimat-kalimat ini memberi gambaran tentang seseorang yang tenggelam dalam perasaan yang tak terungkap, cinta yang tidak tumbuh dengan sehat, dan tubuh (atau diri) yang merasa kurang berharga. Ada rasa penyesalan, bahkan mungkin penebusan—usaha untuk menghadapi sisi gelap diri sendiri dan berdamai dengan itu.
Lagu-lagu Novo Amor adalah perjalanan jiwa yang penuh dengan kerendahan hati, kejujuran, dan keindahan yang tak terduga. Setiap lagu, dari kegetiran Anchor hingga kerumitan emosi di Repeat Until Death, menyajikan potret perasaan yang autentik—mencerminkan cinta yang datang, pergi, dan meninggalkan bekas yang mendalam.
Dalam setiap nada dan liriknya, kita diajak untuk merenungkan bahwa dalam keheningan sekalipun, ada harapan yang tumbuh. Musik ini bukan hanya tentang kehilangan, tetapi juga tentang menemukan kekuatan untuk terus melangkah, meski langkah itu terasa rapuh. Ia mengingatkan kita bahwa setiap perpisahan, setiap luka, adalah bagian dari proses pembentukan diri—sebuah perjalanan spiritual menuju cinta baru dan pemahaman diri yang lebih mendalam.
Bagiku sastra dan musik bukan sekadar sesuatu yang tampak indah atau menghibur secara permukaan. Mereka merupakan medium yang menyampaikan ide, emosi, dan pengalaman hidup yang mendalam. Lewat kata-kata dan melodi, kita diajak untuk merenung, memahami kompleksitas kehidupan, dan menemukan makna yang tersembunyi—bukan hanya untuk sekadar menikmati keindahan estetisnya saja.
Komentar
Posting Komentar